Membicarakan tentang pelapisan
sosial, bagi bangsa Indonesia hal tersebut bukan merupakan suatu hal baru. Jauh
sebelum kemerdekaan, tepatnya ketika agama Hindu-Budha pertama kali masuk ke
Indonesia. Dalam agama Hindu sendiri dikenal dengan nama kasta. Dimulai kasta
yang paling rendah yaitu sudra, waisya, ksatria dan kemudian brahmana. Pelapisan
masayarakat ini sangat berpengaruh ke dalam tatanan kehidupan negara pada
umumnya. Karena pelapisan sosial inilah cikal bakal terjadinya sistem
perbudakan.
Seiring berjalannya waktu, pelapisan
sosial ini masih juga ada di tengah-tengah masyarakat namun dengan gradasi yang
lebih halus. Di agama pun sebenarnya sudah ada dalil “Derajat manusia di
hadapan Tuhan adalah sama”, di UUD 1945 sudah banyak dicantumkan tentang
kesamaan derajat. Namun sistem pelapisan sosial ini sepertinya sudah mendarah daging di kalangan
masayarakat. Ini karena terbentuknya pelapisan sosial pun ada yang terbntuk
secara alami ataupun secara di sengaja. Alami atau bawaan disini contohnya
yaitu pelapisan sosial berdasar umur. Karena umur juga, biasanya ada yang di
tua-kan, dan mendapat tempat tersendiri di masayarakat. Yang kedua adalah
karena dengan cara disengaja. Seseorang akan dipandang menjadi kalangan kelas
atas jika dia mempunyai tingkat kekayaan atau jabatan yang lebih tinggi dari
yang lain.
Walaupun sistem perbudakan sudah
dihapuskan di dunia Internasional, namun tidak begitu juga dengan sistem
pelapisan sosial. Secara kasat mata memang tidak merugikan, namun jika di
telaah lebih dalam pelapisan sosial sangat buruk efeknya bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara. Contoh paling kentara yaitu sistem pendidikan dan
kesehatan di Indonesia. Telah kita tahu, banyak pemberitaan yang menyorot
tentang pendidikan di Indonesia. Ada biaya ada pendidikan, itulah stigma yang
beredar di masyarakat dewasa ini. Sebelum dihapuskannya SBI/ RSBI, diskrimanasi
sangat jelas terlihat. Pemerintah sendiri tidak tinggal diam menanggapi hal
tersebut. Sudah banyak sosialisasi dimasayarakat yang ditujukan untuk semakin menipiskan
batas lapisan sosial masyarakat. Karena derajat manusia tidak dihitung
bedasarkan harta kekayaan, jabatan ataupun keturunan. Semoga saja apa yang
telah diajarkan Rasulullah, semua masayarakat duduk dalam satu meja tanpa
adanya sekat dan batasan bisa terwujud di masayarakat Indonesia. Amiin.
Original Written by: Muhammad Hanif
No comments:
Post a Comment