Monday, 4 November 2013

Pelapisan Sosial dan Kesamaan Derajat



Membicarakan tentang pelapisan sosial, bagi bangsa Indonesia hal tersebut bukan merupakan suatu hal baru. Jauh sebelum kemerdekaan, tepatnya ketika agama Hindu-Budha pertama kali masuk ke Indonesia. Dalam agama Hindu sendiri dikenal dengan nama kasta. Dimulai kasta yang paling rendah yaitu sudra, waisya, ksatria dan kemudian brahmana. Pelapisan masayarakat ini sangat berpengaruh ke dalam tatanan kehidupan negara pada umumnya. Karena pelapisan sosial inilah cikal bakal terjadinya sistem perbudakan.


Seiring berjalannya waktu, pelapisan sosial ini masih juga ada di tengah-tengah masyarakat namun dengan gradasi yang lebih halus. Di agama pun sebenarnya sudah ada dalil “Derajat manusia di hadapan Tuhan adalah sama”, di UUD 1945 sudah banyak dicantumkan tentang kesamaan derajat. Namun sistem pelapisan sosial ini  sepertinya sudah mendarah daging di kalangan masayarakat. Ini karena terbentuknya pelapisan sosial pun ada yang terbntuk secara alami ataupun secara di sengaja. Alami atau bawaan disini contohnya yaitu pelapisan sosial berdasar umur. Karena umur juga, biasanya ada yang di tua-kan, dan mendapat tempat tersendiri di masayarakat. Yang kedua adalah karena dengan cara disengaja. Seseorang akan dipandang menjadi kalangan kelas atas jika dia mempunyai tingkat kekayaan atau jabatan yang lebih tinggi dari yang lain.

Walaupun sistem perbudakan sudah dihapuskan di dunia Internasional, namun tidak begitu juga dengan sistem pelapisan sosial. Secara kasat mata memang tidak merugikan, namun jika di telaah lebih dalam pelapisan sosial sangat buruk efeknya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Contoh paling kentara yaitu sistem pendidikan dan kesehatan di Indonesia. Telah kita tahu, banyak pemberitaan yang menyorot tentang pendidikan di Indonesia. Ada biaya ada pendidikan, itulah stigma yang beredar di masyarakat dewasa ini. Sebelum dihapuskannya SBI/ RSBI, diskrimanasi sangat jelas terlihat. Pemerintah sendiri tidak tinggal diam menanggapi hal tersebut. Sudah banyak sosialisasi dimasayarakat yang ditujukan untuk semakin menipiskan batas lapisan sosial masyarakat. Karena derajat manusia tidak dihitung bedasarkan harta kekayaan, jabatan ataupun keturunan. Semoga saja apa yang telah diajarkan Rasulullah, semua masayarakat duduk dalam satu meja tanpa adanya sekat dan batasan bisa terwujud di masayarakat Indonesia. Amiin.
Original Written by: Muhammad Hanif

No comments:

Post a Comment

RAJA PONSEL PINTAR YANG TAK PERNAH JAUH DARI MASALAH

DISCLAIMER : Cerita-cerita dan konten di     dalam blog ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian, instans...