Thursday, 14 November 2013

Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan

Masyarakat  Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan
               Suatu hari ada seseorang yang beru pertama kali dalam hidupnya pergi ke kota. Orang tersebut pastinya sangat takjub dengan apa yang dilihat di depan matanya. Hal-hal baru lah yang membuat orang tersebut terkagum-kagum. Tapi tahukah Anda bahwa orang dari perkotaan juga mengalami hal yang sama ketika baru pertama kalinya menginjakkan kakinya di pedesaan. Alam yang masih alami, udara segar tanpa campur tangan polusi, keramah tamahan masyarakat pastinya yang merupakan hal ‘biasa’ bagi masayarakat pedesaan justru menarik hati orang perkotaan untuk datang ke desa. Kita ambil contoh gampangnya adalah beberapa program ftv, disitu bisa kita lihat bahwa ada semacam jurang pemisah antara perkotaan dan pedesaan. Tapi apa bisa opini tersebut dikatakan benar 100%?


                   Perkotaan memang menjadi titik sentral dalam kehidupan bernegara. Segala urusan yang berkaitan dengan “urusan negara” menjadi hal yang lazim di temukan di perkotaan. Mulai dari sistem pemerintahan, administrasi, keungan, bisnis seakan bukan hal baru di perkotaan. Namun 1 hal yang harus diingat, tidak ada kota jika tidak ada desa. Kota besar membutuhkan kota-kota satelit disekitarnya untuk mem-backup segala tumpah ruah urusan perkotaan yang semakin hari semakin membengkak. Kota-kota satelit ini selain sebagai backup kota besar juga sebagai penyangga ekonomi kota besar. Kota satelit ini awalnya juga disebut dengan desa, namun bisa berkembang dikarenakan letaknya yang strategis dan dekat dengan kota besar. Kembali ke desa, perannya dalam kehidupan di negara ini bisa dianggap sangat vital. Selain sebagai pemasok bahan-bahan industri, pedesaan juga menyediakan SDA yang dibutuhkan di perkotaan. Ibaratnya pedesaan menyediakan bahan mentah, perkotaan mengahasilkan barang jadi siap konsumsi.

                   Keterkaitan diatas menunjukkan bahwa antar masyarakat pedesaan dengan perkotaan saling membutuhkan satu sama lain. Tentulah kita tidak asing dengan istilah urban, rantau dan mudik. Nah itulah salah satu akibat dari hubungan diatas. Namun masalah urban sementara ini memang masih menjadi kendala, utamanya di DKI. Tingkat ketersediaan lapangan pekerjaan dan jumlah pencari kerja yang sangat tidak sebanding menjadi faktor yang sangat berjasa dalam menambah masalah di perkotaan. Jadi jangan heran dengan kehidupan sosial di perkotaan dan perbedaannya dengan di pedesaan. Masyarakat perkotaan cenderung cuek, acuh tak acuh, keras, dan lebih bersifat egois dikarenakan lingkungan perkotaan itu sendiri. Karakter-karakter itu dibentuk oleh kerasnya hidup di perkotaan, karena materi tidak sebanding dengan pencarinya. Keyakinan dari tetua desa “pergilah ke kota, niscaya kau sukses” dewasa ini tidak layak digunakan. Karena di pedesaan sendiri lapangan pekerjaan sudah menjadi hal yang tidak langka. Pemerintah sendiri sudah banyak mengupayakan banyak cara untuk mengurangi urbanisasi dan tentunya pengangguran. Melalui program-program seperti pnpm mandiri, kredit usaha rakyat, ukm, koperasi-koperasi memang dicanangkan untuk tujuan diatas. Bukankah kita akan lebih memilih hidup di masyarakat pedesaan dan bisa menghirup udara segar tiap hari, dengan biaya yang lebih murah namun tidak murahan bukan? Atau malah memilih hidup berkompetisi yang tiada hentinya seperti di perkotaan?

Terimakasih

No comments:

Post a Comment

RAJA PONSEL PINTAR YANG TAK PERNAH JAUH DARI MASALAH

DISCLAIMER : Cerita-cerita dan konten di     dalam blog ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian, instans...