CARI JODOH
Tersebutlah seorang eksekutif muda sukses di segala
bidang, selain dikaruniai dengan skill yang mumpuni dia juga dianugerahi dengan
paras yang rupawan. Ya, dia memang sudah lama menjadi idaman setiap wanita. Namun
di usianya yang sudah semakin matang, dia masih berstatus lajang.
“Belum ada
yang cocok”, itulah jawabannya ketika dia ditanya tentang statusnya oleh
keluarga dan kolega. Banyak juga dari teman sebayanya yang mengatakan bahwa dia
kebanyakan kriteria, sesuai dengan kepribadiannya yang perfeksionis. Hingga suatu
saat orang tuanya meminta dia untuk segera menikah, bingunglah dia. Di tengah
kebingungan yang melanda, dia teringat dengan rekan bisnisnya. Selain sudah kenal
lama, dia juga menganggap rekannya itu sebagai mentor di awal karir bisnisnya.
Tak menunggu lama, dia langsung mengutarakan
maksutnya ke rekannya tersebut.
“Hai anak muda, betul sekali kau datang kesini. Kau sudah
tahu nama-nama putriku bukan? Yang pertama baru saja diangkat menjadi manajer
di salah satu BUMN, anakku yang kedua baru saja menyelesaikan beasiswa S2 nya
di Amerika. Kalau yang paling kecil baru saja menyelesaikan skripsinya, sambil
menunggu wisuda dia masih sibuk dengan syuting iklan” penawaran yang sangat
menggiurkan, selain itu mereka juga mempunyai wajah cantik dengan fisik yang
sempurna.
“Gini bos-begitu panggilan akrab ke rekan bisnisnya
itu-, terimakasih banyak atas penawarannya. Namun aku hanya akan memilih satu
diantara mereka bukan? Saya minta ijinnya bos untuk melakukan survey, kalau
anak jaman sekarang PDKT lah, hehe. Pastinya saya akan memilih yang terbaik
diantara yang terbaik dong”, ujarnya.
Ayah dari 3 gadis itupun menyutujui usul dari anak
muda itu. Dia memberikan waktu untuk PDKT(dalam arti yang sebenarnya, bukan
singkatan Pernah Deket Kini Tidak) untuk menjajaki apa yang anak muda itu
inginkan.
“Setelah lebih dari 1 minggu saya jalan dengan anak
pertama bos, saya rasa kita kurang cocok. Saya menilai ada beberapa kekurangan
yang saya temukan dari anak bos yang ini” laporan singkat si anak muda.
“Kurang apa anak muda?” sahut bapak yang bijaksana
itu.
“Dia tidak bisa mencium siku nya sendiri, eh
bercanda. Saya rasa kakinya agak panjang sebelah, saya jadi ingat pemain bola bos,
haha” jawab anak muda itu diakhiri dengan tawa bersama.
Seminggu kemudian
“Kalau anak kedua Anda bos, saya rasa dia latah”,
laporan si anak muda itu lagi.
“Hmm” dengan menghela nafas “silakan dilanjut ke si
bungsu saja nak” tukas si Bapak Tua itu.
Tak lebih dari seminggu si anak muda itu kembali ke
bapak 3 gadis itu. Dia berniat untuk melamar si anak bungsunya. Dia sudah
merasa cocok dan tidak menemukan cacat kecil yang selama ini dia temukan di
fisik kakak-kakaknya.
Pernikahan pun dilangsungkan. Selang 9 bulan anak
pertama mereka pun lahir. Betapa senangnya sang calon ayah ini.
Namun begitu sang anak lahir, begitu kaget bapaknya.
“Kok gini, mukanya ga ada mirip miripnya dengan aku.” Gumamnya dalam hati.
Segera lah dia berkonsultasi dengan mertua nya itu
“Harusnya induk-induk terbaik menghasilkan produk
yang terbaik pula” Tanya menantunya itu.
“Dulu sudah pernah kau survey kan? Gimana? Ada cacat
atau kekurangan dari anakku? Tanya mertua yang bijaksana ini.
“Sudah pak, saya kira tidak ada pak”, jawab si
menantu.
“Asal kau tau anak muda, dia juga punya cacat kecil?”.
“Hah, apa itu bos?”, jawabnya terperanjat.
“Dia sudah tidak
perawan saat kau nikahi”, jawaban sang mertua dengan elegan.
Pesan moral:
Don’t
judge the book (just) from its cover.
Kesempurnaan hanya milik Yang Maha Esa, kita hanya
bisa merencanakan untuk mendapatkan yang terbaik namun Tuhan jua lah yang
menentukan.
Satu yang pasti, hal-hal yang besar dimulai dari
hal-hal yang kecil.
No comments:
Post a Comment