Saturday, 31 May 2014

TULISAN: ILMU BUDAYA DASAR


CARI JODOH
Tersebutlah seorang eksekutif muda sukses di segala bidang, selain dikaruniai dengan skill yang mumpuni dia juga dianugerahi dengan paras yang rupawan. Ya, dia memang sudah lama menjadi idaman setiap wanita. Namun di usianya yang sudah semakin matang, dia masih berstatus lajang.
“Belum ada yang cocok”, itulah jawabannya ketika dia ditanya tentang statusnya oleh keluarga dan kolega. Banyak juga dari teman sebayanya yang mengatakan bahwa dia kebanyakan kriteria, sesuai dengan kepribadiannya yang perfeksionis. Hingga suatu saat orang tuanya meminta dia untuk segera menikah, bingunglah dia. Di tengah kebingungan yang melanda, dia teringat dengan rekan bisnisnya. Selain sudah kenal lama, dia juga menganggap rekannya itu sebagai mentor di awal karir bisnisnya.
Tak menunggu lama, dia langsung mengutarakan maksutnya ke rekannya tersebut.
“Hai anak muda, betul sekali kau datang kesini. Kau sudah tahu nama-nama putriku bukan? Yang pertama baru saja diangkat menjadi manajer di salah satu BUMN, anakku yang kedua baru saja menyelesaikan beasiswa S2 nya di Amerika. Kalau yang paling kecil baru saja menyelesaikan skripsinya, sambil menunggu wisuda dia masih sibuk dengan syuting iklan” penawaran yang sangat menggiurkan, selain itu mereka juga mempunyai wajah cantik dengan fisik yang sempurna.
“Gini bos-begitu panggilan akrab ke rekan bisnisnya itu-, terimakasih banyak atas penawarannya. Namun aku hanya akan memilih satu diantara mereka bukan? Saya minta ijinnya bos untuk melakukan survey, kalau anak jaman sekarang PDKT lah, hehe. Pastinya saya akan memilih yang terbaik diantara yang terbaik dong”, ujarnya.
Ayah dari 3 gadis itupun menyutujui usul dari anak muda itu. Dia memberikan waktu untuk PDKT(dalam arti yang sebenarnya, bukan singkatan Pernah Deket Kini Tidak) untuk menjajaki apa yang anak muda itu inginkan.
“Setelah lebih dari 1 minggu saya jalan dengan anak pertama bos, saya rasa kita kurang cocok. Saya menilai ada beberapa kekurangan yang saya temukan dari anak bos yang ini” laporan singkat si anak muda.
“Kurang apa anak muda?” sahut bapak yang bijaksana itu.
“Dia tidak bisa mencium siku nya sendiri, eh bercanda. Saya rasa kakinya agak panjang sebelah, saya jadi ingat pemain bola bos, haha” jawab anak muda itu diakhiri dengan tawa bersama.
Seminggu kemudian
“Kalau anak kedua Anda bos, saya rasa dia latah”, laporan si anak muda itu lagi.
“Hmm” dengan menghela nafas “silakan dilanjut ke si bungsu saja nak” tukas si Bapak Tua itu.
Tak lebih dari seminggu si anak muda itu kembali ke bapak 3 gadis itu. Dia berniat untuk melamar si anak bungsunya. Dia sudah merasa cocok dan tidak menemukan cacat kecil yang selama ini dia temukan di fisik kakak-kakaknya.
Pernikahan pun dilangsungkan. Selang 9 bulan anak pertama mereka pun lahir. Betapa senangnya sang calon ayah ini.
Namun begitu sang anak lahir, begitu kaget bapaknya. “Kok gini, mukanya ga ada mirip miripnya dengan aku.” Gumamnya dalam hati.
Segera lah dia berkonsultasi dengan mertua nya itu
“Harusnya induk-induk terbaik menghasilkan produk yang terbaik pula” Tanya menantunya itu.
“Dulu sudah pernah kau survey kan? Gimana? Ada cacat atau kekurangan dari anakku? Tanya mertua yang bijaksana ini.
“Sudah pak, saya kira tidak ada pak”, jawab si menantu.
“Asal kau tau anak muda, dia juga punya cacat kecil?”.
“Hah, apa itu bos?”, jawabnya terperanjat.
“Dia sudah tidak perawan saat kau nikahi”, jawaban sang mertua dengan elegan.

Pesan moral:
Don’t judge the book (just) from its cover.
Kesempurnaan hanya milik Yang Maha Esa, kita hanya bisa merencanakan untuk mendapatkan yang terbaik namun Tuhan jua lah yang menentukan.
Satu yang pasti, hal-hal yang besar dimulai dari hal-hal yang kecil.

No comments:

Post a Comment

RAJA PONSEL PINTAR YANG TAK PERNAH JAUH DARI MASALAH

DISCLAIMER : Cerita-cerita dan konten di     dalam blog ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian, instans...